Duo Peta Borobudur

Borobudur Village Green Map
Ketika sebuah pertanyaan disodorkan kepada Anda; di manakah letak Borobudur?
Lazim dijelaskan bahwa Borobudur terletak di Jawa Tengah, atau lebih tepatnya di Kabupaten Magelang Jawa Tengah dengan Candi Borobudur sebagai penanda utamanya. Kadang, Kecamatan Borobudur disebutkan pula sebagai penunjuk tempat. Mungkid sering pula disebut sebagai wilayah tempat Borobudur berada tanpa menyadari kesalahannya. Namun, tak banyak yang menyebutkan Desa Borobudur sebagai tempat monumen tunggal Buddha terbesar di dunia itu berada. Bahkan, dapat dipastikan tak banyak orang yang tahu bahwa ada desa bernama Desa Borobudur itu sendiri.
Pun para pengunjung situs pusaka dunia Candi Borobudur, tak banyak yang menyadari atau peduli bahwa mereka berkunjung ke tengah sebuah desa bernama Borobudur. Dalam waktu yang begitu singkat, rata-rata paling lama 2 jam, setelah turun dari kendaraan, pengunjung hanya menghabiskan waktu untuk berjalan dalam antrean ramai langsung menuju puncak candi, berfoto dan beristirahat sejenak, kemudian larut kembali dalam keramaian menuju pintu keluar yang melalui beberapa bangunan museum dan pasar cinderamata sebelum pulang. Tak banyak pengalaman bernilai yang dapat dipelajari oleh pengunjung kawasan pusaka kelas dunia itu.
Lalu, bagaimana dengan masyarakat Desa Borobudur sendiri?

Hidup di tempat yang bersinggungan langsung dengan Taman Wisata Candi Borobudur memunculkan konsekuensi bahwa mereka harus hidup dalam dominasi fungsi pariwisata dan jasa. Wilayah utara dan timur desa yang menjadi tempat dibangunnya banyak fasilitas publik dan jalur jalan utama beranjak meng-kota. Semenjak taman wisata mulai beroperasi di awal dekade 1980-an, masyarakat setempat mulai dapat meraup nilai ekonomi dari sektor jasa dan pariwisata, dengan berbagai layanan yang mereka kembangkan, seperti warung makan, toko kelontong, pedagang cinderamata, hingga penginapan, dan jasa pemandu wisata. Di sisi lain, kemacetan lalu lintas dan sampah menjadi dampak yang tak bisa dihindari dari tingkat kunjungan wisatawan yang semakin meningkat.

Sementara, arah perkembangan di wilayah barat dan selatan desa tak banyak berubah. Tempat tersebut masih bertahan sebagai permukiman berkarakter pedesaan dan lahan pertanian. Tak ada dampak wisata yang langsung terkena di wilayah ini karena tak ada akses masuk ke Taman Wisata Candi Borobudur dari sisi ini. Tidak ada pula akses jalan utama yang baik di wilayah ini, sehingga menarik perkembangan lebih lanjut.

Taman wisata seluas 85 ha itu pun menjadi penanda terbatasnya interaksi masyarakat setempat dengan Candi Borobudur. Sebelum pemugaran dimulai pada tahun 1973, masyarakat setempat hidup sangat dekat dengan candi. Beragam tradisi dilangsungkan di pelataran candi. Bahkan, Pasar Desa Borobudur dahulu berada sangat dekat dengan kaki candi; tempat loket masuk taman saat ini. Beberapa dusun, seperti Kenayan dan Ngaran, digusur; dipindahkan ke tempat yang baru, walaupun masih di dalam wilayah desa yang sama. Kompleks taman yang membelah desa menjadi dua; utara – timur dan barat – selatan pun memberikan dampak kehidupan seperti yang tertuliskan di atas.

Mengukur dampak, merencanakan masa depan

Kawasan Borobudur berkembang dengan bertitik tolak pada keberadaan Candi Borobudur yang dibangun pada abad VIII M, hingga ditemukan kembali dan dipugar pada abad XX M, ditetapkan sebagai Pusaka Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991, dan mewujud sebagai tujuan wisata hingga kini. Penelitian perubahan struktur ruang di kawasan pusaka budaya Borobudur oleh Winarni (2006) menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pascapemugaran selama dekade 1970-an cenderung intensif. Ada banyak pusat pertumbuhan baru yang membentuk pusat pariwisata, pemerintahan, dan perdagangan. Kenyataan ini berbeda dengan pusat pertumbuhan awal di Borobudur yang mengikuti keberadaan sungai dan sumber air.

Pengelolaan kawasan tersebut hingga kini masih mengikuti prinsip yang diatur dalam masterplan JICA (1979) dan diperkuat oleh Keppres No. 1/1992 yang membagi kewenangan pengelolaan sesuai dengan zonanya. Situs Candi Borobudur (Zona I) dikelola oleh Balai Konservasi Candi Borobudur di bawah naungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur (Zona II) dikelola oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur yang berada di bawah naungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Wilayah di luar kedua zona itu dikelola oleh pemerintah daerah. Jadi, praktis, Pemerintah Desa Borobudur memiliki satu “kantong” di dalam wilayah administratifnya yang tidak boleh dicampuri. Padahal, selain telah menggusur beberapa dusun dan membelah desa menjadi dua bagian, keberadaan Taman Wisata Candi Borobudur dan beragam kegiatannya telah memberikan dampak yang intensif terhadap wilayah dan masyarakat Desa Borobudur.

Dalam perkembangannya, keadaan pengelolaan kawasan pusaka Borobudur pun telah disadari harus diperbarui agar sesuai dengan yang ada saat ini. Sejak tahun 2008, langkah-langkah menyusun masterplan kawasan pusaka Borobudur telah digiatkan dan dalam berbagai kesempatan melibatkan pula wakil masyarakat setempat. Dengan sebuah tujuan menjadikan kawasan ini sebagai Kawasan Strategis Nasional, masyarakat pedesaan di Borobudur merasa harus lebih tahu apa yang mereka punya dan apa yang ingin mereka kembangkan di wilayahnya. Terkait dengan fungsi jasa dan pariwisata yang makin dominan di sebagian wilayah Borobudur, masyarakat pun ingin tahu sejauh mana beragam kegiatan itu berdampak terhadap kehidupan keseharian mereka.

Melalui metode pemetaan kawasan dengan pendekatan partisipatoris, jaringan Peta Hijau – Green Map Indonesia membantu memberikan satu cara alternatif  untuk mengukur dampak kegiatan dan merencanakan masa depan kawasan dari sudut pandang masyarakat setempat. Proses identifikasi dan diskusi mengenai potensi baik dan buruk di Desa Borobudur yang dilakukan langsung oleh penduduk telah dimulai sejak tahun 2005 dan dilanjutkan kembali pada akhir tahun 2008 lalu. Langkah-langkah yang ditempuh telah berhasil mendokumentasikan sejarah, pernyataan, hingga pendapat, dan harapan masyarakat setempat terhadap keadaan desa mereka di masa kini dan di masa mendatang. Hal ini diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan dan pemahaman tempatan yang lebih dalam kepada masyarakat Desa Borobudur, terutama ketika harus turut serta dalam diskusi-diskusi pengelolaan dan perencanaan kawasan bersama para pihak lain.

Peta Hijau – Green Map Indonesia sebagai organisasi berbasis kerelawanan akan terus membantu inisiatif masyarakat Desa Borobudur untuk meneruskan hasil pemetaan ini dengan beragam kegiatan tindak lanjut. Pada kegiatan tahap I ini telah diselesaikan dua peta hijau, yakni Peta Hijau Desa Borobudur dan Peta Hijau Taman Wisata Candi Borobudur. Kedua peta hijau itu akan menjadi penanda awal proses pendokumentasian potensi kawasan pusaka Borobudur oleh masyarakat setempat, yang terangkai dalam satu payung besar kegiatan Peta Hijau Mandala Borobudur.

Sebagai upaya penyebarluasan hasil penelitian dan kegiatan maka akan dilangsungkan sebuah acara pameran dan peluncuran Peta Hijau Mandala Borobudur (Tahap I). Tujuan utama acara ini adalah sebagai langkah publikasi kepada masyarakat setempat dan para pihak terkait, sekaligus undangan untuk membangun kerjasama melanjutkan proses yang telah berlangsung ini ke depan. Acara tersebut akan diselenggarakan pada:

Hari, tanggal : Senin, 8 Juni 2009
Pukul :  12.00 – 16.00
Tempat : Kompleks Play Group Bhumi Indria, Dusun Ngaran, Desa Borobudur,
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
(dusun di timur Kompleks Balai Konservasi Candi Borobudur)
Agenda :

Pukul 12.00 – 13.00
⁃    pendaftaran undangan dan peserta
⁃    makan siang

Pukul 13.00 – 13.15
⁃    pembukaan : Elanto Wijoyono (Koordinator Peta Hijau – Green Map Indonesia)
⁃    sambutan : Maladi (Kepala Desa Borobudur)

Pukul 13.15 – 14.15
⁃    Presentasi 1 : Peta Hijau Mandala Borobudur – profil program
Kristanti Wisnu Aji Wardani (Koordinator Program Peta Hijau Mandala Borobudur)
⁃    Presentasi 2 : Peta Hijau Desa Borobudur; membangun partisipasi masyarakat dalam perencanaan kawasan
M. Hatta (Koordinator Peta Hijau Desa Borobudur)
⁃    Diskusi : dipandu oleh Dambung Lamuara Jaya (pakar geografi dan pariwisata)

Pukul 14.15 – 15.30
⁃    Presentasi 3 : Mandala Borobudur dalam Peta Hijau; mewujudkan prinsip pembangunan berkelanjutan
Marco Kusumawijaya (perintis Green Map di Indonesia, pakar tata kota/perencanaan kawasan)
⁃    Presentasi 4 : Peta Hijau untuk Pendidikan Pusaka; strategi pengenalan potensi lingkungan sejak dini
Robert W. Zuber (pakar pendidikan, penasihat senior Green Map System)
⁃    Diskusi : dipandu oleh Daud Aris Tanudirdjo (pengajar Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)

Pukul 15.30 – 16.00
⁃    Pengumuman agenda tindak lanjut
⁃    Penutup

Undangan :

Acara ini bersifat publik dan secara khusus mengundang beberapa pihak, meliputi:
1.    Kepala Desa Borobudur
2.    Kepala Dusun di Desa Borobudur (20 dusun)
3.    Badan Perwakilan Desa Borobudur
4.    Kepala desa di sekitar Borobudur
5.    Camat Borobudur
6.    Jaringan Kerja Kepariwisataan Borobudur
7.    Himpunan Pramuwisata Indonesia – Borobudur
8.    Lembaga Swadaya Masyarakat di Borobudur
9.    Hikmabudhis
10.    PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (direksi dan dewan)
11.    Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
12.    Balai Konservasi Candi Borobudur
13.    Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah
14.    Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta
15.    Bappeda Kabupaten Magelang
16.    Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang
17.    Dinas Pendidikan Kabupaten Magelang
18.    Center for Heritage Conservation Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
19.    Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
20.    Laboratorium Perencanaan Partisipatif dan Pemberdayaan Masyarakat Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
21.    Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada
22.    Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada
23.    Kepala SD di Desa Borobudur
24.    Media massa
25.    umum

Kegiatan lain    :
1.    Pameran Peta Hijau Mandala Borobudur
Waktu : Senin, 8 Juni 2009 (pembukaan pukul 09.00) – Minggu, 14 Juni 2009 sore
Tempat : Desa Borobudur
2.    Jelajah Peta Hijau Desa Borobudur untuk umum
Waktu : Minggu, 14 Juni 2009 pukul 08.00 – 12.00
Tempat : kawasan Desa Borobudur
Pendaftaran akan dibuka pada hari Senin, 8 Juni 2009 – Sabtu, 13 Juni 2009.

Kontak penyelenggara dan pendaftaran peserta:

Peta Hijau – Green Map Indonesia
Alamat : Yogyakarta – Indonesia
Website : http://greenmap.or.id (Indonesia), http://greenmap.org (Internasional)
http://opengreenmap.org (Green Map online – interaktif)
e-mail : petahijau[at]greenmap.or.id, sitasarit[at]greenmap.or.id
Telp./HP : +62-856-2830-313 (Sita Sari Trikusumawardhani)
+62-815-7865-8586 (Elanto Wijoyono)

Pemerintah Desa Borobudur
Alamat : Kantor Desa Borobudur
Jl. Syailendra Raya No. 21 Borobudur, Magelang, Jawa Tengah – Indonesia
e-mail : ter_kabul[at]yahoo.com (M. Hatta)
Telp./HP :  +62-813-2813-6396 (M. Hatta – Koordinator Peta Hijau Desa Borobudur)
+62-856-4313-6841 (M. Sarifudin – Sekretaris Desa Borobudur)

2 Responses to “Duo Peta Borobudur”

  1. wahhhh nyasar….tak kira peta

  2. Good site, nice pattern, definitely clean as well as awesome post.Here is my web-site; jason geschwind minneapolis

Leave a comment